Hasil Studi SEANUTS II Dirilis, sebagai Komplementer Data Nasional dalam Peningkatan Status Gizi Bangsa
Frisian Flag Indonesia (FFI) sebagai bagian dari FrieslandCampina, dengan bangga mempersembahkan South East Asian Nutrition Surveys (SEANUTS II) kepada keluarga Indonesia dan pemangku kepentingan terkait.
Hal itu disampaikan oleh Corporate Affairs Director FFI Andrew F. Saputro. Menurutnya hasil studi SEANUTS II diharapkan dapat menjadi data komplementer bagi data nasional yang ada, dan dapat dijadikan referensi bagi pemerintah, akademisi, pemangku kepentingan dan semua pihak yang terkait sebagai basis data pembuatan program intervensi ataupun perumusan kebijakan terkait peningkatan status gizi generasi bangsa.
Masih tingginya prevalensi anak berperawakan pendek atau stunted dan anemia pada anak-anak khususnya usia dibawah 5 tahun, menjadi temuan baru dari studi South East Asian Nutrition Surveys (SEANUTS II). Situasi ini menuntut perhatian yang lebih serius dari berbagai pihak untuk meningkatkan akses yang lebih besar terhadap gizi yang lebih baik.
SEANUTS II merupakan lanjutan dari SEANUTS I yang dipublikasikan pada tahun 2013. Penelitian skala besar ini dilakukan oleh FrieslandCampina, dalam rentang waktu antara 2019 dan 2021, bekerja sama dengan universitas dan lembaga penelitian terkemuka di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. SEANUTS II melibatkan hampir 14.000 anak, dengan rentang usia antara 6 bulan hingga 12 tahun, dan secara khusus menyoroti ‘triple burden of malnutrition’, yang terdiri dari kekurangan gizi, kekurangan zat gizi mikro, dan kelebihan berat badan/obesitas. Ketiga masalah ini seringkali terjadi berdampingan di suatu negara dan bahkan bisa terjadi dalam satu rumah tangga. Stunting adalah salah satu bentuk dari kekurangan gizi yang masih harus menjadi perhatian di Indonesia.
Di wilayah Jawa-Sumatera, kasus anak berperawakan pendek atau stunted masih banyak ditemukan pada anak-anak, dengan prevalensi sebesar 28,4% pada anak dibawah 5 tahun. Sementara, hampir 15% anak usia 7-12 tahun memiliki kelebihan berat badan/obesitas. Selain itu, sebagian besar anak-anak tidak memenuhi kebutuhan rata-rata asupan kalsium dan vitamin D, sehingga masalah gizi ini menjadi hal yang sangat penting. Untuk mengatasi kesenjangan gizi, salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah melalui intervensi gizi yang lebih baik dan program edukasi.
Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), Peneliti Utama SEANUTS II di Indonesia dan Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berharap data temuan yang dihasilan dari SEANUTS II dapat menjadi acuan tenaga medis, pemerintah, bahkan orang tua, untuk menanggulangi masalah malnutrisi di Indonesia.
Menurutnya, studi ini menunjukkan bahwa permasalahan stunted atau perawakan pendek, anemia, asupan makanan, aktivitas fisik anak dan kebugaran jasmani terkait kesehatan, perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak.
“Saatnya meningkatkan ketahanan pangan dan ketersediaan makanan yang bisa memberikan asupan gizi yang seimbang, agar anak meningkatkan akses kepada sumber gizi yang sehat dan tumbuh kembangnya berlangsung dengan optimal,” ujarnya.
Hasil penelitian SEANUTS II ini menunjukkan adanya urgensi yang besar untuk memitigasi permasalahan gizi dengan langkah-langkah kolaboratif dan kebijakan yang strategis. Tujuannya untuk memberikan anak-anak Indonesia akses yang lebih besar terhadap gizi yang lebih baik dan juga dapat menurunkan angka malnutrisi serta permasalahan gizi anak lainnya.