World Economic Forum memprediksikan Indonesia akan berada di peringkat 10 besar ekonomi dunia di tahun 2020. Di tahun itu, generasi Millennial akan mendominasi lapangan kerja. Bagaimana pandang mereka terhadap pekerjaan? Bagaimana cara kerja mereka?
Dalam riset yang dipublikasikan oleh Alvara Research Center, World Economic Forum memprediksikan Indonesia bakal menempati peringkat 10 besar ekonomi dunia di tahun 2020. Di tahun itu, generasi Millennial Indonesia akan berada pada rentang usia produktif 20-40 tahun pada tahun dan jadi tulang punggung perekonomian negeri. Penasaran dengan cara kerja Millennial? Simak fakta dan mitosnya berikut:
1.Mitos: Bukan pekerja yang loyal
Fakta:
Sebagai pekerja, Millennial memang punya reputasi sebagai ‘kutu loncat’, doyan berganti perusahaan. Namun hal ini bukan berarti mereka tidak setia. Mereka lebih tertarik dengan perusahaan yang tidak hanya memikirkan profit namun juga punya value dan bisa memberikan makna lebih dari yang job description mereka.
2.Mitos: “Melek” teknologi
Fakta:
Memang tak salah bila Millennial akrab dengan teknologi. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang tergolong “Digital Migrants” alias pernah mengalami era sebelum teknologi digital hadir sehari-hari, Millennial adalah “Digital Natives”, lahir saat teknologi digital sudah jadi bagian aktivitas keseharian. Karena itu mereka telah terlatih untuk mengaplikasikan sekaligus mengoptimalkan teknologi di segala hal. Ini membuat mereka punya keunggulan kompetitif di pekerjaan dibandingkan generasi sebelumnya.
3.Mitos: Enggan kerja kantoran
Fakta:
Sebenarnya Millennial tak masalah bekerja di kantor. Namun generasi ini lebih senang dengan perusahaan yang menerapkan fleksibilitas, misalnya tidak harus datang ke kantor setiap hari, boleh bekerja dari kafe, dan tak perlu harus bertatap muka untuk koordinasi. Mereka result-oriented dan percaya jika pekerjaan dan kemampuan mereka seharusnya dinilai dari kontribusi mereka di pekerjaan dan tidak hanya dari absensi di kantor.
4.Mitos: Butuh selalu “dituntun”
Fakta:
Bukan berarti mereka harus sedikit-sedikit diberi tahu. Ini artinya Millennial selalu butuh feedback atau kritik yang membangun. Mereka juga perlu sosok mentor di kantor yang bisa memberikan penilaian atas pekerjaan mereka. Tujuannya, agar dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan mereka dalam pekerjaan dan bisa memotivasi diri untuk jadi lebih baik.
5.Mitos: Tidak peduli dengan gaji
Fakta:
Sering kali Millennial terlihat “work hard play hard”, bekerja keras hanya untuk bayar tagihan dan traveling. Padahal sebenarnya ini berarti mereka menganggap pengalaman lebih berarti daripada hal-hal bersifat material. Pandangan ini pun mereka bawa ke dunia kerja. Millennial lebih memilih pekerjaan yang memberikan mereka pengalaman lebih, bisa memberi dampak positif pada lingkungan sekitar, dan kesempatan mengembangkan diri.
Ternyata tak semua mitos negatif tentang Millennials itu benar, kan? Karena itu, jangan pandang sebelah mata dulu. Siapa tahu, perbedaan cara pandang Millennials terhadap pekerjaan ini bisa memberikan ‘angin segar’ pada perusahaan. Pahami karakter mereka dan berikan mereka kesempatan untuk tumbuh dan mengembangkan diri.
Bagaimana sebaiknya bersikap di kantor baru? Gampang saja kok, perhatikan beberapa aturan tak tertulis di bawah ini.
Frisian Flag Indonesia (FFI) sangat percaya jika memberikan penghargaan yang konsisten kepada karyawan menghasilkan kesejahteraan juga dedikasi tinggi.
Lebih dari suka, bahkan Anda tetap mau mengerjakannya meski banyak orang yang meragukannya. Itulah passiondan tentu saja menjadi kebahagian tersendiri bila Anda berhasil bekerja sesuai dengan minat dan kegemaran Anda.